Tiada satu pun ketaatan yang tidak diiringi dengan ujian, tiada satu pun kekuatan yang tidak diiringi dengan kesakitan. Begitu pula dalam hidup, dengan aktiviti dan pemaknaannya, yang sentiasa dibayar mahal oleh Allah dengan janjiNya yang indah bagi siapa saja yang mampu melewatinya.
Berlari demi mengejar ketertinggalan,
Terengah dengan keadaan yang membuat kita jengah,
Kebingungan yang datang hingga membuat kita tak tentu arah.
Ketika kita dalam kesendirian menghadapi itu semua, dan tidak ada satu pun yang tahu bagaimana akhir dari sebuah penyelesaian selain kita yang mengetahuinya, terlebih Allah.
Keterbatasan dan ketidakmampuan yang tak sanggup kita hindarkan, sikap menarik diri dari lingkungan yang dikhawatirkan akan mengurangi kebaikan yang menjadi sebuah pilihan.
Ya, semua itu adalah pilihan yang telah melalui proses perhitungan. Lalu, apa yang semestinya dilakukan?
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (QS. Ali Imran : 200).
Ya, sabar. Memang, meniti sebuah kesabaran itu tidaklah mudah. Di dalam sebuah nasihatnya, seorang sahabat pun menuturkan, bahkan dalam menuliskan kata sabar pun kita memerlukan sebuah kesabaran yang amat sangat.
"Jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'." (QS. Al-Baqarah : 45).
Dengan solat, kita bangun berkomunikasi dengan Sang Pemilik Jiwa, Allah. Tiada satu pun makhlukNya yang dapat mententramkan hati sepertiNya. Adukan semua yang kita rasakan padaNya, jika perlu sampai titis terakhir dari air mata yang tertumpah. Sama halnya yang dilakukan oleh Abu Bakar RA, seorang sahabat yang memiliki perangai yang keras namun lembut hatinya.
"Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmatNya. Dan Dialah yang Maha pelindung lagi Maha Terpuji." (QS. Asy-Syuura : 28).
Lalu, lihatlah di luar sana, Allah sedang menebarkan rahmatNya. Keteduhan di tengah hiruk-pikuk, kesejukan di tengah kekeringan, kelapangan di tengah kesempitan, dan Allah tunjukkan jalan ke luar.
"Kerana sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah : 5).
Dan, jangan pernah kita menghentikan langkah. Menghentikan langkah, bererti kita telah memilih sebuah kematian sebagai sebuah penyelesaian. Layaknya orang mati, tiada lagi kita mempunyai kesempatan untuk lebih bermanfaat bagi diri dan orang lain.
Ya, tetap saja, semua memerlukan waktu.
No comments:
Post a Comment